Sabtu, 08 Mei 2010

ATRESIA BILIER

IIS TURSIAH
04.07.1761
E/KP/VI

ATRESIA BILIER
A. DEFINISI
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus.
Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat fatal.
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar hati. terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu
Akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin direk.
Hanya tindakan bedah yang dapat mengatasi atresia bilier. Bila tindakan bedah dilakukan pada usia 8 minggu, angka keberhasilannya adalah 86%, tetapi bila pembedahan dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka keberhasilannya hanya 36%
Insidens atresia biller adalah 1/10.000 sampai 1/14.000 kelahiran hidup (1,4). Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki 1,4 : 1 Dari 904 kasus atresia bilier yang terdaftar di lebih 100 institusi, atresia bilier didapat pada ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%), Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan Indian Amerika (1,5%).

B. PENYEBAB
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui. Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.

C. GEJALA
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
• air kemih bayi berwarna gelap
• tinja berwarna pucat
• kulit berwarna kuning
• berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
• hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
• gangguan pertumbuhan
• gatal-gatal
• rewel
• tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).

D. MANIFESTASI
Manifestasi klinis utama atresia bilier adalah tinja akolik, air kemih seperti air teh, dan ikterus. Ada empat keadaan klinis yang dapat dipakai sebagai patokan untuk membedakan antara kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik, yaitu: berat badan lahir, warna tinja, umur penderita saat tinja mulai akolik, dan keadaan hepar.

E. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
• Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
• USG perut
• Rontgen perut (tampak hati membesar)
• Kolangiogram
• Biopsi hati
• Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).

F. PENGOBATAN
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita.
Untuk melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Pembedahan akan berhasil jika dilakukan sebelum bayi berusia 8 minggu. Biasanya pembedahan ini hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan hati.

Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak saat dioperasi, gambaran histologik porta hepatis, kejadian penyulit kolangitis, dan pengalaman ahli bedahnya.

• Bila operasi dilakukan pada usia < 8 minggu maka angka keberhasilannya 71¬86%, sedangkan bila operasi dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka keberhasilannya hanya 34¬43,6%
• Bila operasi Kasai dilakukan pada usia 1¬60 hari, 61¬70 hari,
71¬90 hari dan > 90 hari, maka masing-masing akan memberikan keberhasilan hidup > 10 tahun sebesar 73%, 35%, 23%, dan 11% Sedangkan bila operasi tidak dilakukan, maka angka keberhasilan hidup 3 tahun hanya 10% dan meninggal rata-rata pada usia 12 bulan Anak termuda yang mengalami operasi Kasai berusia 76 jam
• Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan operasi adalah usia saat dilakukan operasi > 60 hari, adanya gambaran sirosis pada sediaan histologik had, tidak adanya duktus bilier ekstrahepatik yang paten, dan bila terjadi pcnyulit hipertensi
portal.


Daftar pustaka:
 http://medicastore.com/penyakSit/906/Atresia_Bilier.html
 http://www.sebeningembun.com/2010/02/apa-itu-atresia-bilier.html

Sehatnya Air Putih

Fita Supriyanik
(04.07.1795)

Hahukah kalian bahwa air sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Air sangat menbantu tubuh kita dalam metabolisme. Contohnya saja air putih yanng sering kita minum dapat mengatasi kita dari dehidrasi. Ada dua jenis air putih yang sering kkita minum yaitu : Air putih hangat dan Air putih dingin.
Air hangat jika kita minum tidak dapat diserap oleh tubuh kita. Sedangkan air dingin dapat diserap oleh tubuh kita. Kedua jenis air tersebut mempunyai keuntungan masing-masing. Minum air hangat pada pagi hari setelah bangun tidur itu sangat bermanfaat untuk membersihkan kotoran yang ada ditubuh kita Kotoran tersebut merupakan sisa metabolisme wktu kita tidur.jadi bagi teman-teman yang ingin diet dan sehat konsumsilah air hangat karena air hangat tidak akan diserap oleh tubuh kita.
Air dingin selain untuk menghilangkan dahaga juga untuk mengatasi dehidrasi. Air dingin dapat diserap oleh tubuh sehingga digunakan untuk proses metabolisme.
Jadi bagi teman-teman yang ingin sehat minum air putih karena air yang paling sempurna,,Hehehe

Senin, 03 Mei 2010

Jangan Anggap Remeh Radang Paru Pada Bayi, Harus Cepat Ditangani!

Ni Putu Ari Wijayanti
04.07.1855

Pneumonia, namanya terdengar keren tapi tak seindah namanya, ia sering dikaitkan dengan dampak ‘mengerikan’. Faktanya, pneumonia (radang paru) masih menjadi penyebab kematian terbesar bagi bayi dan balita di seluruh dunia, utamanya bayi di bawah usia enam bulan.
Mari kenali ciri-cirinya dengan jelas!!!

Radang paru-paru merupakan suatu infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan pendukung paru lainnya, yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur. Ia bisa menyerang siapa saja, bayi neonatus (bayi baru lahir) hingga orang dewasa sekalipun.

Sayangnya, bila radang paru menimpa bayi baru lahir, akibatnya bisa sangat fatal bila tak segera ditangani. Seperti apa sih ciri-cirinya?

Sekilasnya begini, pada bayi yang baru lahir ciri-ciri radang paru-paru yang sering dijumpai berupa sesak nafas dan merintih. Bisa juga terjadi sesak nafas hebat, retraksi (penarikan dinding dada) sebagai usaha tambahan untuk menghirup oksigen, merintih, terkadang disertai dengan biru (sianosis) di sekitar bibir dan ujung-ujung jari,

Usia di atas 3 Bulan: demam dan sesak Nafas

Rupanya, manifestasi klinis akibat radang paru berbeda-beda, berdasarkan kelompok usia tertentu. Pada bayi di atas usia 3 bulan, jarang ditemui ciri-ciri bayi merintih. Yang sering terjadi umumnya adalah panas (demam), kemudian sesak nafas, retraksi, gelisah (rewel), batuk dan frekuensi nafasnya lebih dari normal.

Radang paru-paru pada si kecil bisa saja disertai muntah. Namun, muntah yang terjadi adalah akibat batuknya yang terus menerus terjadi. Sebenarnya batuk adalah reflek pertahanan tubuh di saluran pernafasan kita untuk mengatasi rasa tidak nyaman.

Kalau batuknya sering, isi perutnya bisa keluar semua, kan? Makanya bisa muntah. Namun, muntah sendiri bukanlah sebuah gejala dari radang paru-paru. Jadi untuk para ibu jangan sampai salah mendeteksi.

Berikan obat penurun panas

Bila si kecil menunjukkan tanda-tanda panas (demam), tindakan sementara untuk mengatasinya adalah Moms dapat memberikan obat penurun panas dulu. Perhatikan pula bajunya. Jika si kecil memakai baju yang tebal saat badannya panas, harus diganti dengan baju yang tipis. Selanjutnya segera mencari pertolongan ke rumah sakit terdekat.

Ya, penanganan radang paru pada bayi tidak bisa ditunda, harus segera ditolong oleh dokter. Pasalnya, bila ditunda, infeksi tersebut bisa menyebar. Infeksinya bisa menyebar ke mana-mana. Bisa menjadi meningitis, infeksi darah, terakhir bisa menjadi infeksi menyeluruh ke seluruh tubuh.

Si faktor pencetus

Ada tiga hal penting mengapa si kecil atau orang dewasa bisa terkena sebuah penyakit. Pertama, faktor host (kemampuan kekebalan tubuh kita sendiri). Kedua, faktor environment (lingkungan). Ketiga, faktor agent penyebabnya (kuman, bakteri, virus, jamur dan lain-lain).

Jika terjadi ketidakseimbangan dari ketiga faktor tersebut, maka seseorang atau bayi bisa terkena penyakit atau infeksi. Hal yang paling sering dijumpai adalah karena si kecil tertular oleh temannya, orang tua atau orang yang ada di sekelilingnya.

Itulah sebabnya, sangat penting untuk menjauhkan bayi dari orang yang sedang sakit, walau batuk pilek sekalipun. Penularan radang paru-paru pada bayi dari orang dewasa dapat terjadi walau si orang dewasa ini tidak terkena radang paru-paru, mungkin hanya batuk dan pilek biasa saja. Namun pada bayi, penyakit itu bisa jadi berat, karena dia masih sangat rentan.

Selain itu, faktor lingkungan juga bisa memengaruhi kesehatan bayi. Lingkungan yang kurang sehat, misalnya banyak allergen, bisa memperburuk kondisinya. Lingkungan yang pengap bisa menyebabkan bayi batuk. Tapi, terkadang hal itu hanya alergi biasa saja, bukan karena infeksi. Ia melanjutkan, perbedaannya, pada alergi sering timbul batuk tapi tidak panas, kecuali jika ada infeksi baru disertai panas.

Cegah dengan vaksinasi IPD

Perlu Moms ketahui, radang paru-paru bisa terjadi lagi (kambuh) pada si kecil jika tidak menjaga kesehatan tubuh, lingkungan dan asupan gizinya.

Itulah sebabnya, kita perlu mencegah hal itu terulang lagi. Salah satu caranya melalui vaksinasi. Saat ini pneumonia dapat dicegah dengan vaksinasi IPD (Invasive Pneumococcal Disease) untuk infeksi karena Pneumococcus, dan dengan Vaksin Hib (Haemophilus Influenzae type B) untuk penyebab radang paru-paru dari virus influenza. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia dua bulan dan dapat ditanyakan pada dokter tempat anak Ibu kontrol.

Berpengaruh pada berat badan

Jika si kecil terkena radang paru-paru hanya sesekali saja, Moms tak perlu terlalu khawatir dengan tumbuh kembangnya. Kekhawatiran akan timbul jika sering sekali terkena radang paru-paru, akibatnya ia sering sakit. Maka asupan yang ia konsumsi baik berupa makanan atau ASI dari ibunya akan digunakan tubuh untuk mengatasi infeksi tersebut. Pasalnya kebutuhan energi pada bayi saat terserang penyakit selain digunakan untuk mengatasi penyakitnya juga untuk tumbuh kembangnya.

Sehingga bila anak terkena infeksi paru-paru yang berulang pada akhirnya bisa berdampak pada gangguan tumbuh kembangnya. Jika ini terjadi terus-menerus dapat mengganggu berat badannya – berat badannya tidak naik. Tapi kalau hanya terjadi sesekali tidak masalah.

Agar anak terhindar dari radang paru

1. Perhatikan tumbuh kembang si kecil. Kapan harus datang untuk kunjungan rutin ke dokter anak.

2. Ikuti jadwal imunisasi. Tanyakan pada dokter anak kapan waktunya diberikan vaksin untuk mencegah pneumonia.

3. Hindari bayi dari orang-orang yang sedang flu, pilek, demam atau batuk bersin. Jika orangtua sedang sakit, jangan tidur satu kamar dengan bayi. Gunakan masker untuk mencegah bayi tertular.

4. Jika bayi pernah terkena radang paru-paru, cegahlah dengan menjaga kebersihan diri, asupan dan lingkungan. Jika tidak enak badan (demam) jangan memberikan makanan dingin (es), coklat dan kacang-kacangan. Hindari pula santan serta goreng-gorengan.

5. Selalu sediakan obat penurun panas anak di rumah.

6. Jagalah kebersihan AC. Jika memakai kipas angin, jangan langsung diarahkan ke tubuh bayi atau dipantulkan ke dinding. Karena debu bisa berterbangan ke mana-mana. Alangkah baiknya jika Moms menggunakan exhaust.


Khasiat Minyak Zaitun untuk Kanker
Ni Putu Ari Wijayanti
(04.05.1855)
MINYAK zaitun, mungkin tidak terdengar begitu akrab dibandingkan minyak kelapa, ataupun minyak jagung. Namun, tahukah Anda bahwa minyak zaitun memiliki manfaat baik bagi kesehatan serta kecantikan?

Orang yang mengonsumsi minyak zaitu secara teratur, disinyalir dapat terhindar dari risiko kanker. Hal ini diungkap lewat penelitian yang melibatkan 182 partisipan. Penelitian yang dilansir
Reuters, Selasa (9/3/2010), menemukan bahwa kandungan minyak zaitun terbukti dapat mengurangi kadar hasil metabolik sekunder, salah satu faktor pemicu sel kanker. Oleh sebab itu, para peneliti menganjurkan masyarakat agar mengonsumsi minyak zaitun

“Minyak zaitun mengandung phenol yang dipercaya merupakan antioksidan pencengah kanker,” kata Dr Henrik E Poulsen dari University of Copenhagen, Denmark. Ia juga sangat menganjurkan untuk mengganti penggunaan mentega, dengan minyak zaitun.

Selain sebagai makanan pencegah kanker, minyak zaitun juga memiliki khasiat untuk kecantikan kulit. Vitamin E yang terkandung di dalamnya dapat menjaga elastisitas kulit. Kandungan minyak jenuh di dalamnya juga sangat bermanfaat untuk menghilangkan noda hitam pada kulit. Dengan rajin mengonsumsi minyak zaitun setiap hari, maka kulit akan terasa lebih kencang dan halus.

Bukan hanya itu manfaat minyak zaitun. Kandungan omega-9 di dalamnya dapat menekan tingkat kolesterol jahat (
Low Density Lipoprotein/LDL), dan menaikkan kadar kolesterol baik (High Density Lipoprotein
/HDL). Itulah alasan mengapa penderita penyakit kolesterol dan jantung, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi minyak zaitun setiap hari.

Minggu, 02 Mei 2010

TIPS PERAWATAN LUKA GANGREN PADA PENDERITA DM

BY :
ARIF ADI SETIAWAN
F/KP/VI
04.07.1788


Lihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan kotor atau tidak, ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah dikaji, barulah dilakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik ( NaCl) dan kassa steril.
Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru yang mulai tumbuh).
Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes dilihat apakah terdapat sinus ( luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, ada baiknya disemprot ( irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab pada sinus terdapat banyak kuman.
Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali ( pagi dan sore), setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah sudah tumbuh granulasi, (pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang dibasahi larutan NaCl).
Setelah luka dibersihkan, lalu ditutup dengan kassa basah yang diberi larutan NaCl lalu dibalut disekitar luas luka, dalam penutupan dengan kassa, jaga agar jaringan luar luka tidak tertutup. Sebab jika jaringan luar luka ikut tertutup akan menimbulkan masrasi (pembengkakan).

Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.
Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi ( pertumbuhan jaringan kulit yang baik/ bagus yang membuat luka rata), selanjutnya akan ada penutupan luka tahap kedua ( skin draw), biasanya diambil dari kulit paha. Penanganan luka diabet, harus ekstra agresif sebab pada luka diabet kuman akan terus menyebar dan memperparah luka. ( Nara sumber : Zuster Dedeh Hermawati)

CARE FOR CHRONIC WOUND

BY:
ARIF ADI SETIAWAN
F/KP/VI
04.07.1788

Banyak di antara kita, termasuk juga pekerja medis belum memahami benar bagaimana merawat luka, terutama luka kronis dengan baik. Yang memang sudah dianggap biasa untuk merawat luka oleh pasien atau keluarga sekalipun, sekali waktu pernah merasa tidak percaya diri dalam menghadapi jenis luka yang penyembuhannya membandel ini. Padahal segala upaya telah dilakukan. Banyak pula jenis produk perawatan luka yang dipakai, waktu merawatnya pun sudah teratur dan disiplin, namun belum juga menampakkan tanda tanda penyembuhan. Luka kronis umumnya dimaksud adalah luka yang terinfeksi yang masa penyembuhannya tidak sesuai lagi dengan kondisi normal. Luka tersebut bisa berasal dari luka karena trauma, bekas operasi, fistel, abses, ulcus, luka diabetic, luka karena keganasan, tekanan, gangguan vaskuler dan lain-lain. Jenis kuman yang menginfeksinya bisa oleh bakteri, jamur, parasit ataupun virus. Jika tidak mendapatkan penanganan yang benar, dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan tubuh di sekitarnya, menyebabkan jaringan (bagian yang membentuk tubuh; kulit, lemak, fascia, pembuluh darah, saraf, otot bahkan tulang) menjadi mati atau nekrosis. Lebih jauh dari itu, dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui darah, menjadi apa yang disebut dengan sepsis hingga mengancam nyawa seseorang.
Untuk mudah diingat, tahap penanganan luka kronis secara lokal dibagi menjadi empat, yang saling terkait dan tidak bisa dikerjakan tanpa berurutan.
1.Mengangkat jaringan mati
Semasih di dalam luka ada jaringan mati (nekrotik), upaya apapun dikerjakan tidak akan berhasil. Sebab dengan adanya bagian jaringan yang membusuk, merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Mengakibatkan koloni bakteri akan makin berkembang, nanah semakin banyak dan kerusakan jaringan tambah lama tambah luas, sehingga jaringan yang rusak inipun menjadi mati dan membusuk. Upaya untuk membersihkan luka macam ini disebut dengan debridement. Pengertiannya, selain menghilangkan jaringan mati juga membersihhkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Cara yang dikerjakan bisa secara pasif dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perawatan luka yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik. Cara ini tidak cukup dikerjakan 1 atau dua kali, mesti beberapa kali hingga butuh beberapa hari. Atau bisa dikerjakan secara aktif, relatif lebih praktis, dengan melakukan pembedahan. Memang dibutuhkan keberanian melakukan hal ini walaupun pertimbangan estetik tubuh bukan lagi menjadi prioritas. Ada juga yang kurang umum diketahui, yakni dengan mechanical debridement dan biological debridement (menggunakan serangga).
2.Menghilangkan nanah
Luka bernanah kebanyakan disebabkan karena bakteri. Ada bakteri yang menghasilkan banyak nanah, ada bakteri yang menimbulkan nanah serta bau khas, menghasilkan gas gangrene dan bau busuk yang menyengat dan ada yang dominan menyebabkan jaringan menjadi mati / nekrosis. Jadi dari kondisi luka saja sudah dapat diduga kuman penyebabnya. Walaupun sangat dibutuhkan pemeriksaan cultur –pembiakan kuman- untuk mencari secara pasti jenis kuman penyebab guna menentukan therapy antibiotika yang tepat. Dengan pembedahan, membuka serta mengalirkan nanah yang terperangkap di dalam tubuh merupakan cara terbaik untuk mengurangi pembentukan nanah. Upaya ini akan lebih lengkap jika diiringi dengan perawatan luka menggunakan absorbent agent atau yang lebih sederhana cukup dengan cairan fisiologis yang nantinya kalau basah, pembungkus luka bisa diganti beberapa kali. Banyaknya nanah menjadi salah satu indikator tingkat perbaikan luka. Akan lebih cepat masa penyembuhannya jika produksi nanah oleh luka ini belum sampai menimbulkan jaringan nekrotik yang luas.
3.Menjaga kelembaban luka
Setelah jaringan mati berhasil dibersihkan dan pengeluaran nanah oleh luka dapat diminimalisir, fase berikutnya adalah keluarnya cairan bening yang merupakan cairan tubuh sebagai petanda tahap penyembuhan luka akan segera dimulai. Semasih produksi cairan ini berlebihan, dibutuhkan usaha untuk menguranginya atau mengeringkan luka tersebut. Material yang digunakan bisa sama dengan yang digunakan untuk mengurangi nanah seperti di atas. Namun demikian harus tetap dijaga kelembaban luka. Makin kering kondisi luka, basahnya kasa penutup luka juga semakin diperas. Seperti prinsip yang sudah umum diketahui dalam menangani luka; basah dilawan dengan basah, kering diimbangi dengan penutup luka yang semakin kering juga. Sehingga dengan demikian waktu untuk mengganti penutup luka pun bisa diperjarang, tidak seperti tahap tahap sebelumnya.
4.Menunjang masa penyembuhan
Penyembuhan luka atau masa granulasi dimulai jika dasar luka sudah tampak kemerahan. Bisa diibaratkan seperti penampakan daging segar. Selain tetap menjaga kelembaban, luka harus tetap dijaga bersih serta hindari dari trauma sebab dengan pembentukan jaringan yang baru tumbuh ini, rawan sekali akan terjadinya perdarahan. Tersedia juga banyak produk perawatan luka, baik berupa cairan, cream, gel atau pasta yang berguna untuk merangsang terbentuknya sel-sel baru, membentuk kolagen dan mengisi bagian tubuh yang rusak dan tergerus sebelumnya. Problem yang biasanya dihadapi pada fase ini adalah penutupan luka di permukaan. Kalau lukanya tidak luas, bisa berharap kulit di sekitar luka akan tumbuh juga untuk melapisi luka. Namun jika lukanya luas, bisa dilakukan penjahitan skunder dengan lebih mendekatkan tepi tepi luka atau sekalian dilakukan flap atau tandur kulit yang mengambil kulit dari bagian lain tubuh.
Tahap tahapan di atas, sekali lagi hanya memperhatikan perawatan terlokalisir di luka tersebut semata. Sedangkan penyembuhan luka tidak hanya tergantung dari perawatan itu saja, namun harus dinilai apa yang mendasari terbentuknya luka kronis tersebut. Justru hal inilah yang potensial menghambat penyembuhan luka. Hal itu meliputi faktor usia, kondisi nutrisi penderita –terutama kandungan protein-, penyakit penyerta -seperti; diabetes, kelainan vena, kanker, malnutrisi-, penurunan imunitas dan kondisi psikis serta keterbatasan gerakan fisik. JIka hal hal itu ada, hendaknya diatasi dulu sebelum serius merawat luka atau setidaknya dilakukan perbaikan bareng dengan perawatan luka yang menjadi keluhan utama penderita.
Sebetulnya sembuh tidaknya luka tersebut ditentukan oleh tubuh kita sendiri. Upaya upaya yang dilakukan di atas hanya terbatas membuat suasana agar tubuh lebih terpacu untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Kata di text book: We can’t heal the wound, but just able to promote the healing process….(sumber:weblognaya eka kusmawan/WWW.ekakusmawan.blogspot.com)

Sabtu, 01 Mei 2010

Kisi-Kisi UTS

Penyebab gga, tanda gga, intervensi kelebihan cairan, komplikasi ggk, faktor resiko infeksi kemih, manisfestasi urolitiasis, perbedaan DM tipe I dan II